PENCARIAN

Selasa, 28 Juni 2011

about someone

iki adikku sing paling ngeyel terus bawel,tapi anehnya dia ngangenin banget,,
kadang ngebilangin dia sampai  kesel sendiri,tapi aku bangga punya adek seperti dia...
saiank bgt deh pokokna.......

Selasa, 14 Juni 2011

Kalau tadi ku kata cinta ,semalam, benar aku rindu ..
Sehari ku hela tanpa manja suaramu ,seharian ku sunyi ,tanpa rengetan tawamu,..
Tak bisakah suara mu lari dari penjara sepi?
Tak bisakah rintihanku membawa kau pergi?
Kau mempersonakan..,,
dan sungguh, aku merinduimu..
Kalau tadi ku kata cinta , semalam,benar aku rindu ..
Berkicaunya pipit jika hadirnya bunga..,bernyayi lah aku hadirnya kamu..
Perlukah kau membisu jika aku suaramu?
Perlukah rindu sebegini pilu?
perlukah aku dakapan suaramu?
Haaah..mengeluh aku bersama jawaban,ukiran senyuman telah ku iringkan siulan..,,
Kini hanya potret menjadi peneman..,,dikala hati menantikan teman,ku poetkan kau 1 nukilan..
kerna di sudut hati ini terasa jauh..
Ku rasa cukup jauh… berhimpun bintang jauhmu..
Teguhlah memori ku terhadapmu nanti,
saat bergemanya melodi sangkakala ,saat aku berhenti merinduimu..
Kini ku rapuh,,dan sungguh,aku merinduimu..
Kalau tadi ku kata cinta , semalam benar aku rindu..
Kan aku bisikan pada bulan,terangilah malam mu .,,runtuhlah langit malam,agar menyembah sinar matamu..
Jawablah,apalah pelangi tanpa warna hatimu? mungkinkah nnt mata menipu?
Ungkaikan ,kata ku ,ungkaikan..
Kerna Ku rapuh..
Terpingga aku,terkaku aku..,terhenti..! tanpamu disini,tanpamu disisi,tanpamu dihati..
Kau membunuhku.,
dan sungguh,aku merinduimu..
Sayang ,kalau tadi ku kata cinta..
Ketahuilah , aku benar cinta..

Minggu, 12 Juni 2011

legenda desa pituruh

Bulan Muharam atau yang oleh masyarakat Jawa dinamakan Sura, dianggap sebagai bulan yang sakral, sehingga harus diwujudkan dengan pengejawantahan laku tirakat. Bentuk kegiatan yang diadakan dalam memperingati bulan Sura juga bermacam-macam dan berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya.
Di Desa Pituruh, kedatangan bulan Sura dirayakan dengan berbagai kegiatan ritual. Sudah menjadi tradisi di desa itu, pada Jum’at Kliwon pertama bulan Sura, warga mengadakan tahlil bersama di makam leluhurnya tujuannya untuk mendoakan arwah para leluhur, kemudian dilanjutkan dengan tirakatan semalam suntuk, dengan prosesi yang sangat ritual.
Setiap Sura, setiap pedukuhan menyembelih kambing, kemudian dimasak oleh kaum lelaki semua (tanpa melibatkan perempuan). Ini mungkin memiliki simbologi, bahwa masak yang notabene menjadi pekerjaan kaum perempuan, kini harus dilaksanakan oleh kaum laki-laik. Ini menunjukkan bahwa status antara kaum laki-laki dengan perempuan sama derajatnya. Selain itu biasanya juga diadakan selamatan, yang lebih sering dilakukan di makan leluhur atau di tempat kadus dan tokoh masyarakat yang lain, yang mempunyai simbol bahwa sesama anggota masyarakat harus tercipta adanya kerukunan dan kebersamaan.
Sebagai penyangga kantuk, biasanya warga mengisi malam tirakatan dengan menampilkan seni-seni yang berbau puji-pujian. Di antaranya adalah terbangan atau kesenian lainnya yang mengandung makna pitutur dan mempunyai filosofi kebijakan.

Tujuh Roh
Secara historis nama Pituruh berasal dari kehebatan tujuh leluhur sebagai cikal bakal di desa tersebut yang berdomisili di tujuh pedukuhan. Mereka diyakini sebagai kaum bangsawan dari kerajaan Majapahit, pengikut Raden Damarwulan.
Ketujuh leluhur tersebut terpencar di tujuh pedukuhan, layaknya tujuh penjuru mata angin. Bukti sejarah ketujuh tokoh yang legendaris itu sampai sekarang ada yaitu berupa makam petilasan. Tujuh makam tersebut adalah Mbah Banyu makamnya di dukuh Blending, Mbah Dewi Sri di Dukuh Gamblok, Mbah Siluman di Dukuh Sutogaten, Mbah Mabean di Dukuh Wetan/Mabean, Mbah Mentosoro di Dukuh Mentosoro, Mbah Pengrawit di Dukuh Kulon dan Mbak Kuwat di Dukuh Bantengan.
Ketujuh roh, tersebut mempunyai keleihan masing-masing, namun tetap menyatu dan tak saling bertentangan, karena itu wilayah tersebut kemudian dikenal dengan nama Desa Pituruh. Pada perkembangannya, desa Pituruh memiliki kekuatan spiritual bagi 49 desa yang ada di sekitarnya. Pituruh juga pernah menjadi ibukota Tumenggungan di era pemerintahan Bupati Tjokronegoro I, dengan Tumenggung Djoyo Berbongso.
Oleh masyarakat Pituruh, tujuh roh tersebut hingga kini ditempatkan sebagai sumber kekuatan spiritual, dan dalam sejarahnya memiliki karakteristik, kelebihan masing-masing dan saling melengkapi. Mbah Dewi Sri diyakini sebagai Dewi Rejeki. Mbah Banyu piawai dalam hal air. Mbak Kuat diyakini memiliki kekuatan fisik yang sempurna dan disegani, sehingga pada eranya diposisikan sebagai Jogo Boyo.
Mbah Pengrawit piawai dalam memainkan musik sehingga diposisikan sebagai seorang seniman/budayawan. Mbah Siluman sangat dikenal sebagai orang yang bisa menghilang serta sangat sakti. Mbah Mentosoro, figur yang kaya pengetahuan, sehingga sebagai sumber nasehat bagi orang-orang yang dirundung masalah, dan Mbah Mabean diyakini sebagai tokoh ibu, simbol dari seorang pengasuh yang bijak, penuh kasih sayang dan berbudi lembut. Dialah figur dari seluruh anak turun warga Pituruh.
Dari tujuh karakteristik yang saling melengkapi itupalh sangat diyakini oleh warga Pituruh, bahwa leluhurnya disamping sebagai jalmo linuwih, selalu ditempatkan sebagai simbol pengayom, pelindung, dan sekaligus sang pamomong. Sehingga setiap memasuki bulan Sura, merka mengadakan selamatan massal di tujuh makam leluhurnya. Dan mereka memberi makna bulan Sura, bahwa manusia harus sadar diri untuk mereformasi diri dari perilaku buruk menuju kesucian hidup yang dimulyakan. Sehingga pada bulan Sura, banyak dari warga masyarakat yang melaksanakan puasa.
Adapun tempat-tempat yang disebutkan di atas hingga saat ini masih ada dan dapat dikunjungi. Kita sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya untuk menjaga tradisi lisan yang adiluhung, yang mampu menambah khasanah budaya bangsa. Meski pun kebudayaan lisan juga harus bersifat fleksibel, artinya tidak harus membentuk pola sedemikian yang kaku, namun juga mengikuti perkembangan jaman yang ada, kendatipun kita tidak mengurangi makna yang terkandung dalam prosesi tersebut.

Sumber: Sumanang Tirta

Jumat, 10 Juni 2011

tentang dia

tak banyak yang bisa ku tuliskan tentangnya'
dia jauh,dia adalah jarak diantara ruang dan waktu.dan dia adalah kerinduan yang belum pernah ku dapatkan.
tapi inilah rinduku.......

Kamis, 09 Juni 2011

dulu juga pernah ada nech,,,,

hehehe,,,,,bukannya blagu ato gimana,walau cuma kuli juga boleh donk punya temen ngumpul......
dan kalo bisa dituangkan dalam bentuk tulisan juga wajar donk,,,,,

Nech ane punya kisah,dan ini juga berawal dah lama.aku punya sahabat selayaknya kalian,yah pokoknya yang nggak ada matinya kalo suruh nongkrong,mau pagi,siang,ato malem....
ada aku sendiri,Rheia hestri ato beken dipanggil IO,ada kuryani,ada pula Raden mas satiman.....
pokoknya tak ada hari tanpa wajah mereka.dan tak ada hari tanpa nongkrong walaupun cuma didepan rumah,,,
yah buat gokil"an ajah kite beri nama The Matterhealz community 2009,kalo arti khusus sich gag ada tapi ada fungsinya juga buat kita.
dan sekarang IO dah merit dan tak mungkin lagi bisa nongkrong lagi bareng kita,tapi komunikasi tete donk,,,,
ya moga aja dia juga masih merasakan kesenangan seperti saat saat kita gila gilaan bareng dulu.
ada cerita baru dalam tiap detiknya walau semuanya kita tak bisa menikmatinya bersama.....